Bahasa Inggris dan Martabat Orang Jawa
Seringnya, kalau aku mengajak
muridku untuk bercakap-cakap menggunakan bahasa Inggris di luar kelas bahasa
Inggris, ketika mereka tidak bisa merespon, maka mereka akan menjawab seperti
ini, “aku wong jowo kok bu, dudu wong Inggris.” Aku tau, mereka bilang begitu
karena tidak tau bagaimana merespon memakai bahasa inggris.
Dan sesungguhnya, aku tidak suka
jika ada yang berkomentar seperti itu. Aku sampaikan juga ke murid-muridku,
bahwa meskipun kita orang jawa, bukan berarti kita tidak bisa bahasa inggris.
Bukan berarti pula, dengan mempelajari bahasa Inggris, itu berarti kita
mengkhianati ke Jawa-an kita.
Maka, di kelas, aku khotbah ke
mereka. Bahwa sesungguhnya, kita mempelajari bahasa Inggris, bukan karena nanti
akan keluar ke ujian nasional. Lebih dari itu. Mempelajari bahasa Inggris itu
karena kita ingin meningkatkan martabat kita, khususnya martabat orang jawa.
Bukan berarti aku ingin
memposisikan budaya asing lebih tinggi daripada budaya Jawa. Bukan, bukan
seperti itu. Maksudku, kita hidup di jaman globalisasi, dimana kita dituntut
untuk mengikuti perkembangan jaman, dan tidak ketinggalan. Orang yang bisa
bahasa Inggris itu banyak, dan sudah menjadi hal biasa, karena itu sudah
merupakan tuntutan. Gak perlu ahli ahli banget lah, yang penting mudeng kalau
diajak ngobrol dan bisa meresponnya.
Nah, sebagai orang jawa, kita
juga harus tunjukkan, bahwa kita orang Jawa itu merupakan masyarakat yang tidak
ketinggalan. Kita orang jawa, seringnya diposisikan sebagai masyarakat bawah
yang kalau di sinetron-sinetron jadinya adalah tukang jamu, pembantu, supir,
dan sebagainya, yang seringnya dijadikan bahan olok-olokan oleh orang kota.
Bahkan, orang Jakarta pun seolah-olah tidak mau dikatakan bagian dari Jawa.
Karena dalam mindset mereka sudah tersistem bahwa orang jawa itu kuno dan
sebagainya.
Jadi, nak! Kita harus mengubah
mindset itu, bahwa orang jawa itu tidak seperti itu. Meskipun orang jawa, kita
juga bisa berbahasa Inggris, kita pintar, dan tidak ketinggalan jaman. Jadi, kalau
ada yang nantangin debat pake bahasa Inggris, bisa dong (meskipun, bahasa
Inggrisnya jadi logat jawa, it doesn’t matter :D ) Dan, kalau kita ngobrol sama
orang tua dengan unggah-ungguh, dan dengan bahasa bahasa karma halus, bisa
juga.
@ayufialfarisi
Ambarawa, 14 Januari 2015
Komentar
Posting Komentar
I will be happy reading your comment and response. Tell me what you think please :D