ISTANA KEDUA by Asma Nadia

Akhirnya aku melirik juga novel ISTANA KEDUA dari Asma Nadia. Agak ketinggalan memang, karena sesungguhnya aku sudah mengetahui novel ini sejak lama. Sejak aku memakai seragam putih biru. Teman-temanku dulu selalu bilang bahwa novel ini bagus. Tetapi aku belum tertarik untuk membacanya.

Kenapa dulu aku tidak terlalu tertarik membaca? Karena sepertinya novelnya bakalan cewek banget. Dan, aku tidak begitu suka. Dan pada akhirnya aku memutuskan untuk membaca novel ini.
Setelah baca novel ini, maka aku benar-benar terhanyut, teriris-iris dan tersayat. Halah, (hahaha). Kok serem banget ya, emangnya ini boneka chucki? Yang habis main dengan boneka itu langsung jadi tercabik-cabik, karena ditikam pake pisau? Tidak! Novel ini tidak hidup hingga akan membunuhmu kayak boneka Chucky. Tapi, apa yang disajikan Asma Nadia dalam novel ini benar-benar membuatku teriris-iris hatinya.

Asma Nadia dengan apik berhasil membawaku merasakan bagaimana menjadi seorang wanita yang tersakiti hatinya karena poligami. Novel ini benar-benar cewek banget, melo dan dramatis. Aku memang sebenarnya tidak terlalu suka novel yang melankolis, karena pasti akan membuatku nangis (Gini-gini aku juga cewek yang lembut hatinya lho, bisa nangis maksudnya :D ).

Arini, dalam novel ini digambarkan sebagai seorang istri solihah memiliki tiga anak. Dia pandai mengurus rumah dan mengasuh anak, solihah, taat pada suami, dan masih cantik meskipun sudah memiliki tiga anak. Arini, seorang penulis. Dan suaminya bernama Andika Prasetya, seorang suami yang penyayang keluarga, tanggung jawab, solih, dan sayang sekali kenapa dia tega menikah lagi. Well, sebenarnya, Pras tidak ada niatan untuk melakukan poligami, tapi karena suatu hal yang dialamai seorang tokoh bernama Mei Rose, seorang China, dia pada akhirnya terpaksa menikahi Mei Rose.

Well, aku paham kenapa ketika aku menyarankan untuk membaca buku ini kepada bu Vita (seorang guru) untuk membaca. Begitu melihat judulnya, dia bilang “medeni”. Medeni itu artinya menakutkan dalam bahasa Jawa. Dan dia tidak mau membaca, katanya terlalu menyeramkan. Dan memang benar sih, bukunya sungguh benar luar biasa menyeramkan.
Aku saja, rasanya gemas jengkel dan penuh amarah, terbawa dalam cerita yang disajikan. Tema poligami yang disampaikan di novel ini, benar-benar menggambarkan bagaimana seorang istri yang dipoligami.
Dari membaca novel ini aku jadi paham. Pertama, Allah benar-benar sayang dan tau betul makhluk ciptaannya.Kenapa? Laki-laki, tetap laki-laki, yang membedakan adalah imannya. Iya aku paham sekarang, kenapa godaan laki-laki itu ada tiga harta,tahta dan wanita. Betapapun, laki-laki tetap laki-laki lengah sedikit dia bisa Khilaf.

Aku sepakat dengan apa yang dikatakan Asma Nadia dalam novel ini, bahwa kecuali di jaman Rosulullah, alasan seorang laki-laki untuk berpoligami kebanyakan adalah jatuh cinta, suka, tertarik, Udah. Itu aja. Gak usah memberikan alasan pembenaran, melaksanakan sunah atau menolong.

Kalau mau saran, buat laki-laki di seluruh dunia. Contohlah Rosullullah ketika bersama Khadijah, setia sampai akhir hayat Khadijah. Jangan dicontoh yang enak-enak aja. Di dalam Al Quran pun Allah telah mengingatkan bahwa ketika seorang laki-laki ingin berpoligami apakah sudah yakin akan benar-benar adil? Karena, meskipun seorang istri pertama akan pada akhirnya mengijinkan, tapi ada luka yang benar-benar dalam yang sangat-sangat pedih. Oleh karena itu pun, Allah menghadiahkan istana nanti di surga oleh seorang wanita yang rela dipoligami. Hadiah atas keperihan dan kepedihan yang dirasakan oleh seorang istri. Tak tanggung-tanggung Allah memberikan obat penawar luka di akhirat, karena memang Allah sangat paham betul bagaimana rasa sakitnya seorang istri yang terluka hatinya ketika suami meminta ijin untuk menikah lagi.

Well, untungnya aku baca ini sebelum nikah. Coba kalau aku baca ini pas jadi istri, ah, pasti aku akan-akan gak tau deh.. Hahaha. Ya, meskipun novel ini cewek banget. Tapi, aku sarankan bagi cowok-cowok yang pengen ngerti gimana hati wanita ketika suami berpoligami, baca deh! Wajib. Biar tau.

Ya, bagaimanapun, aku tau bahwa Allah akan menghadiahkan istana di surga ketika kita rela dimadu (oh..bahasanya), tapi aku memilih untuk tidak bersedia di poligami (selama masih bisa memenuhi kewajiban *halah bahasamu :D), seperti Khadijah. Karena aku tidak yakin untuk bisa menahan rasa sakit itu.
*NB : ISTANA KEDUA, terbitan Gramedia, cetakan kedua tahun 2007, 248 halaman.

@ayufialfarisi
Ambarawa, 5 Februari 2015

#novel #review #comment #asmanadia 


Komentar

Postingan Populer