TENTANG KOTA JAKARTA

Tidak terasa waktu berjalan sangat cepat. Kurang lebih 2 bulan, saya tinggal di Jakarta. Tepatnya di kota Jakarta Timur. Sebelum benar-benar tinggal di kota ini, saya membayangkan bagaimana rasanya jika benar saya tinggal di kota yang sesak ini.

Berbagai pikiran buruk tentang kota ini menjejali kepalaku. Hal itu membangunkan ketakutan ketakutan akan kota ini.

Yah, tapi karena takdirku harus tinggal disini ngikutin belahan hati saya, (cie), jadi akhirnya disinilah sekarang. Tinggal di sebuah kontrakan kecil  bersama suami saya.

Membahas mengenai kota Jakarta, well saya tidak bisa berbicara banyak , karena saya belum jalan-jalan ke banyak tempat. Jadi belum banyak yang saya temukan.

Pertama : tentang lalu lintas di jalan raya. Lalu lintasnya parah, lampu lalu lintas kayak pajangan aja. Jadi, agak takut kalau misalnya nyebrang di zebra cross.

Kedua : Penjual di pasar banyakan ngomong bahasa Jawa. Jadinya, kalau belanja di pasar, kayak di rumah sendiri. Penjual sayur ngomong bahasa Jawa, banyak juga yang ngomong Sunda. Penjual, kwetiau deket rumah ngomongnya bahasa Jawa. Penjual bubur ayam Jakarta deket rumah, juga ngomong Jawa. Penjual gorengan deket rumah, juga ngomong jawa. Penjual kucingan deket rumah juga ngomong Jawa. Dan banyak lagi yang ngomong Jawa. It feels like home. Jadi, di Jakarta memang banyak dipenuhi oleh pendatang. Mereka merantau ke ibu kota untuk mencari sesuap nasi. Jadi, meskipun ibu kota sering disebut kota kejam, tapi ibu kota juga terasa menjanjikan bagi sebagian mereka. Tapi, kalau buat saya dan suami tinggal lebih suka mempunyai kehidupan di kampung halaman. Dekat dengan keluarga dan banyak lahan untuk berlarian dan bermain.

Keempat : Tetanggaku baik-baik. Alhamdulillah. Lingkunganku juga baik baik. Salah satu rezeki dan nikmat yang diberikan Allah adalah bertemu dengan orang baik baik dan ditempatkan di lingkungan yang insyaallah baik baik pula. "Kalau orang kota sering nya gak kenal tetangganya", ungkapan ini benar juga, tapi itu terjadi kalau
--> pertama : orangnya sibuk dan males keluar rumah nyapa tetangga,
--> Kedua : rumahnya gedong     dengan pagar yang tinggi. Gak cuma di kota, kalau kamu tinggal di desa dan memenuhi dua kriteria tersebut, kamu bisa jadi gak kenal tetangga kanan kirimu. Ini bukan tettang di kota atau di desa, ini tentang bagaimana kita bermasyarakat dan bersosialisasi dengan orang sekitar. Jadi pintar-pintarlah bersosialisasi.

Bagi saya yang merantau di Jakarta, entah berapa lami kami akan terus di kota ini, tapi suatu saat pasti kita akan pulang ke kampung halaman. Ingin menghabiskan masa tua disana. Dengan banyak orang-orang di sekitar yang dikenal.

Sedikit cerita saya, maafkan jika tidak bermanfaat :D hehehe
Wassalamualaikum,
Selamat sore semua,

Ayufi /@ayufialfarisi
Jakarta, 18 Februari 2016


Komentar

Postingan Populer