Kisah Inspirasi #impian

Selamat Sore...

Assalamualaikum..:)
"Bagaimana kabarmu hari ini? Masih sehatkah? Masih semangat kan?"

Senang sekali ya rasanya jika ada yang memperhatikan kita peduli dengan keadaan kita seperti itu. Dukungan, ya meski tak harus dalam bentuk perkataan saja, tapi pada intinya dukungan itu sangat penting. Mengapa penting? Karena kita manusia jelas tak bisa hidup sendiri. Seberapa pun kita menolak dengan sangat keras dan meyakinkan diri bahwa, "aku bisa lakukan semuanya sendiri tak perlu bantuan siapapun". Secara fisik iya mungkin kita bisa melakukannya sendirian, tapi saya yakin seratus persen, pastilah dalam hatinya dia juga ingin diberi support dan dukungan. Meskipun hanya bentuk dukungan kecil itu sangat berarti.

Saya sangat terkesan dengan beberapa orang yang sukses justru dengan tidak adanya dukungan dari segi mana pun dan dari pihak manapun, sehingga yang mendukungnya adalah diri sendiri.

Kemarin saya baru saja berkunjung ke mantan sekolah saya, dan disana saya bertemu dengan adik kelas saya dulu dan sekarang pun berada di satu Universitas yang sama. Banyak yang berubah dari dia, tentu saja dia sekarang hebat sekali. Selanjutnya sebut saja dia "Mawar"(Mengapa mawar? Kebetulan saya suka bunga mawar). Dua tahun yang lalu, saya juga berkunjung ke mantan sekolah saya itu. Di waktu yang sama, saya serta teman saya memang berkunjung untuk memberikan informasi beasiswa masuk perguruan tinggi. Rata-rata memang terlalu takut untuk sekadar kepikiran kuliah. Kuliah sama dengan uang yang sangat banyak.

Oleh sebab itulah saya beserta teman saya datang untuk memberikan motivasi bahwa masih ada jalan dan kesempatan yang kita. Kuliah itu bukan suatu hal yang tidak mungkin bagi orang- orang yang berada di garis menengah ke bawah. Karena sekarang pemerintah telah memberikan kemudahan bagi orang-orang yang kurang mampu secara finansial tapi sebenarnya anak itu memiliki sebuah potensi akademik.

Ya, kala itu, Mawar, duduk paling depan ketika saya dan teman saya memberikan penjelasan. Saya tau gadis itu sebelumnya. Saya pernah ketemu dia bekerja bersama rombongan pasar malem sebagai penjaga tiket. Kala itu aku tidak begitu mengenalnya, tapi waktu ketemu di pasar malem dia menyapa saya dan memperkenalkan diri sebagai adik kelas saya di sekolah. Saat itu saya kagum, dia dengan wajah cerianya tidak malu bekerja apa saja untuk mendapatkan tambahan uang saku bahkan mungkin saja untuk membiayai kuliah.

Singkat cerita, saya selesai dengan presentasi saya di depan adek-adek. Segala kata-kata motivasi telah saya keluarkan. Dan tak lupa memutarkan video yang paling inspiratif yang saya punya agar mindset dari adek-adek kelas saya berubah. Karena saya yakin mereka punya potensi. Hanya saja mereka kurang dukungan dan keyakinan.

Begitu selesai, anak itu, bilang dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi ( dan aku sangat suka semangatnya waktu itu ) dia bilang "aku pasti kesana mbak, aku pasti kesana." Begitu katanya.

Beberapa bulan berlalu, sempet dengar kabar bahwa cukup lumayan beberapa yang tergerak hatinya untuk mendaftar ke perguruan tinggi, tapi sampai akhir hanya dua yang bertahan, dan itulah yang ketrima jadi mahasiswa.

Awalnya saya hanya tau saja bahwa anak itu akhirnya ketrima juga, tanpa tau prosesnya bagaimana. Dan setelah aku mengenalnya, ternyata benar-benar luar biasa kehidupan dia.

Dia tinggal di atas gunung. Benar-benar gunung, aku lupa tepatnya nama daerahnya apa, yang jelas saya pernah kesana, dan benar-benar di atas gunung dan jauh sekali kalau jalan. Jalannya menanjak, menanjaknya mungkin lebih dari 45 derajat. Benar-benar melelahkan. Dan dia kalau berangkat ke sekolah jalan kaki, setengah 6 sudah harus berangkat. Ketika dia masih sekolah, dia sering pingsan. Ketika ada masalah sedikit dia pingsan (itu kata guru yang cukup dekat mengenalnya), dan dia biasa saja di sekolah. Tidak terlalu cemerlang, tapi yang jelas dia punya harapan dan semangat.

Setelah lulus dia sudah diwanti-wanti oleh orang tuanya bahwa setelah lulus sekolah dia akan dinikahkan. Untuk kuliah benar-benar tak terbayangkan sama sekali olehnya. Tapi alhamdulillah setelah kita memberikan informasi tentang beasiswa itu, dia bertekad bagaimana caranya dia harus mendapatkan beasiswa itu dan belajar lagi dari pada dia harus menikah.

Pada akhrinya dia mendaftar. Melalui jalur pertama yang tanpa tes, dia tidak lolos. Namun dia tidak menyerah, dia mendaftar jalur berikutnya, dengan tes, yaitu melalui SNMPTN. Waktu itu dia harus membayar sebanyak (kalau gak salah ) Rp 175.000,00, dia gak punya uang sebanyak itu. Mau minta orang tua? Gak mungkin, orang tuanya tidak mungkin memberikan. Akhirnya dia ngutang ke tetangga. Namun sayang sekali, kali ini pun dia tidak berhasil lolos. Dia berjuang bersama sahabatnya waktu itu, dan sahabatnya berhasil lolos SNMPTN, sedangkan dia tidak.

Dia sudah mengorbankan begitu banyak, bahkan dia harus ngutang sana sini untuk tes. Tapi, ternyata gak lolos juga. Semalaman dia menangis. Antara mau nyerah atau tidak. Bisa saya bayangkan bagaimana perasaannya. Andai kata  dia nyerah artinya dia harus nikah.

Akhirnya karena kebulatan tekadnya dia memutuskan untuk mencoba jalur yang terakhir. SPMU. Ini satu-satunya jalan, dan mau tidak mau harus berhasil. Akhirnya dia mendaftar. Kalau itu dia harus membayar uang  pendaftaran (kalau gak salah) Rp 150.000,00. Dan tentu saja dia gak punya uang. Lagi-lagi dia harus meminjamnya dulu dari tetangganya sebesar Rp. 100.000,00 sisanya, Rp 50.000,00 dia dapat dari hasil kerja dia menjadi buruh nyuci. Begitu besar tekad dia.

Dan bagaimana pun dia harus lolos. Dia yakin dia pasti lolos kali ini. Tapi, ketakutan selalu ada. Dan entah apa yang mendorongnya untuk menulis surat kepada rektor. Sore hari, surat sampe kepada rektor, dia ceritakan tentang hidupnya yang begitu sulit, tentang perjuangannya mengenyam pendidikan, dan tekadnya yang bulat. Malam sebelum pengumuman, dia ditelpon oleh rektor, ditanya nama dan nomor pendaftarannya berapa. Paginya, ketika dia buka pengumuman, dia lolos menjadi salah satu mahasiswa. Perjuangannya tidak sia-sia.

Jangan dikira, dia diterima karena belas kasihan dari pak rektor, mungkin saja iya. Tapi, dia berhasil membuktikan bahwa dia benar pantas mendapatkannya. Dia suka nembang jawa, dia suka menyanyi jawa dan suaranya bagus. Entah (aku lupa tanya) bagaimana dia berhasil menjadi murid WS Rendra, dan akhrinya dia sering manggung di musium Rangga Warsita. Oleh salah satu dosen ISI dia diberi beasiswa S2 di ISI Jogja nanti setelah dia lulus S1, karena bakatnya itu. Dan dia pun pernah sepanggung dengan Vidi Aldiano di acara bukan empat mata. lalu bertemu banyak artis disana, bertemu presiden dan dia bernyanyi di depan jajaran menteri. Sungguh, kalau dengar cerita dia semasa sulit dia. Gimana kalau hujan rasanya rumahnya mau roboh, dan sekolah jalan kaki jauh banget. Saya benar-benar terharu. Betapapun kita, yang seringnya selalu merasa yang paling menderita di dunia ini ternyata masih banyak yang menderita.

Kisah diatas nyata.
Sekarang dia sudah menjadi gadis yang tegar dan meraih apa yang telah dia perjuangkan dengan sangat keras. Sebagaimanapun indahnya rencana kita tapi sungguh indah dan luar biasa rencana Allah.
Lagi-lagi saya harus bilang bahwa sekecil usaha apapun yang kita berikan Allah melihatnya dan pasti akan membuahkan hasil. Jangan nyerah. Selama kita masih bisa usaha.
Begitupun peringatan bagi diri saya yang sering sekali sudah terlena dengan kenikmatan yang diberikan hingga malas untuk berusaha lebih baik lagi.
Suatu ketika jika engkau adekku yang membaca ini, dan saya ingin engkau tau bahwa engkau telah menginspirasiku. Dan mengajariku artinya perjuangan dan kerja keras.
Teringat kutipan film "To the beautiful You" bahwa "Miracle is the another name of hardwork."
Keajaiban adalah nama lain dari kerja keras. :)

#Semoga ketika saya malas dan sedang tidak bersemangat, catatan diatas bisa menjadi suplemen penyemangat saya :)
#Terima kasih sudah menginspirasi saya :) I'm proud of you

Ambarawa,
5 februari 2013
7 : 15 pm


Komentar

Postingan Populer