Pendakian Ungaran 2
Untuk kedua kalinya aku mendaki.
Meskipun, untuk kedua kalinya juga aku mendaki di gunung yang sama. Sebuah
gunung dengan ketinggian kurang lebih 2000 meter (yang tergolong kecil). Gunung
Ungaran.
Dulu pertama kalinya mendaki gunung
ini, aku melewati jalur Mawar, Bandungan. Tapi, pendakian kali ini, hmmm…
melewati Medini Kendal. Kukira karena dari bawah ke promasan naik motor akan
sedikit mengurangi rasa capek dan lelah. Tapi, ternyata aku salah, naik motor
ternyata lebih capek dan melelahkan. Ditambah lagi, kasian motor. Sungguh
kasian. Pulang-pulang harus segera check
up semuanya. Jalur motornya wuuiihh bagi ku sih mengerikan :3
Baiklah aku harus mulai dari mana
ya?
Peserta
(maaf hanya menyebutkan inisial ya,
takutnya ada yang gak berkenan disebut *eh)
Awalnya aka nada tujuh orang
peserta, tapi entah jadinya yang ikut jadinya Cuma lima orang doang. Ya,
lumayanlah nambah satu dari tahun kemarin. Kalau tahun kemarin, ceweknya tiga
cowoknya satu. Sekarang ceweknya tiga cowoknya dua. Sebut saja mereka, A.
Ardiyansah, Tam-tam, Ayufi, Ipeh sama Devi. (Ini bukan inisial, heheh ^^>)
Jujur seneng ya kalau mendaki
bareng mas A. Ardiyansah sama mas Tam-tam. Soalnya mereka bertindak gentlemen. *eh-eh. Barang-barang yang
terasa berat dipunggung, dibawain sama mereka. Hahaha. Enak pokoke. Jadi, tasnya lumayan enteng.
Pokoknya enak deh. *eh.
Tahap Persiapan
Hmm… sebenarnya karena sudah pernah
mendaki gunung ini sebelumnya, jadi sudah sedikit mengerti medan yang akan
ditempuh nanti. Jujur saja, untuk pendakian kali ini aku tidak secara fisik
menyiapkan diri. Maklum, terakhir mendaki setahun lalu, apalagi aku jarang
sekali jalan kaki karena kemana-mana naik kendaraan. Sehingga, otot-otot jadi
kendor. Tentu, seharusnya, sebelum pendakian minimal jogging tiap pagi seminggu sebelumnya, agar kakinya terlatih (bagi
pendaki amatir kayak aku doang sih).Dan, aku tidak melakukannya (aku sudah
merencanakan akan minimal jogging tiap pagi selama seminggu, tapi apa daya,
ketika pagi hari ada saja yang menghalangi *alasan hehe). Tapi, beruntung,
sehari sebelumnya, upgrading RIPTEK
(15 Mei 2014) , sudah membuatku berlatih mendaki tempat wisata pemandian air
panas dan air terjun di Nglimut dengan trek yang lumayan – Melelahkan.
Untuk peralatan, sudah lebih memadai
dari sebelumnya. Belajar dari pendakian kemarin, betapa menderitanya mendaki
dengan sandal crocs KW yang sama sekali tidak compatible untuk mendaki. Semua
perlengkapan yang diperlukan siap, kali ini pake sandal gunung, (itu yang
penting). Kaus tangan bawa. Sleeping bag tidak bawa, (berat). Carrier lebih
kecil dari sebelumnya. Gak bawa karpet. Gak bawa senter tapi udah bawa head lamp itu sudah cukup kalau
pendakian malem. Jas hujan bawa. Bawa kaos kaki banyak, belajar dari taun
kemarin yang hanya bawa kaus kaki dua doang. Serta bawa salonpas sebungkus
jaga-jaga kalau pegel atau kedinginan. Selebihnya, bawa air 1,5 liter, susu,
roti, mukena dan perlengkapan pribadi secukupnya.
Perjalanan
Dari Semarang, berangkat pukul lima
sore. Lalu, sampe di Boja udah maghrib, sholat di pom sekalian ngisi bensin.
Setelah itu, langsung berangkat pake motor ke medina. Waktu itu bayanginnya
jalannya naiiiiikk dan berbelok-belok aja. Ternyata tak hanya itu, selain
naiiiiik dan berbelok-belok ternyata jalannya bebatuan. Bebatuan lho ya, bukan
kerikil, malem lagi, gak bisa bayangin kalau sampe ban kempes atau ban bocor
atau motor mogok disana. Emang ada bengkel? Boro-boro bengkel, kanan kiri hutan
sama perkebunan. Pokoknya naik sana, gigi satu ma dua aja terus (Berasa jadi
anak trek). Jalan itu tidak disarankan untuk wanita hamil, pasti langsung
keguguran. Selama kurang lebih 1,5 jam, jalan bebatuan terlewati. Sampe ke
promasan pukul 19.30. *kasian motorku.
Hujan badai dan pelangi
Yap, karena gunung Ungaran tidak
terlalu tinggi, jadi untuk mencapai puncak dari promasan, hanya membutuhkan
kurang lebih 2 – 3 jam. Jadi, untuk mendapatkan sun rise, perjalanan dimulai
pada pukul 2 malam. Yap! Pukul dua malam tepat kita naik.
Sama seperti dulu pas pertama naik,
kali ini hujan juga mengguyur dan menemani perjalanan kami. Awalnya hujan biasa
aja, tak perlu pake mantel. Hujan masih bisa tertutup pohon-pohon diatas kami.
Ditengah perjalanan, Devi sama Mas A.Ardiyansyah muntah. Kok bisa muntah ya?
Apa mungkin mabuk daratan? Oh, ternyata karena berangkatnya belum sempet makan.
Iya, sih kita emang gak makan dulu.
Hujan ternyata semakin deras,
angina pun semakin kencang bertiup. Mungkin karena semakin puncak maka semakin
kencang deru angin *halah. Akhirnya kami memutuskan untuk memakai mantel *yang
mau make aja :D.
Waktu menunjukkan pukul 4 pagi.
Namun, langit semakin gelap dan hujan semakin deras mengguyur. Akhirnya kami
memutuskan untuk istirahat sejenak. Dingiiiiinnnn bingit waktu itu. Bajunya
juga basah. Lalu, kita masak air panas, lalu membuat oplosan ( Kopi + jahe +
susu) *yeyeye ini kayak muncak beneran, masak di alam liar ditengah hujan
badai. Untung saja, apinya masih tetap bisa hidup :D.
Lalu, kira-kira setelah agak reda
(masih hujan) kita lanjutkan perjalanan ke puncak yang tinggal sedikit lagi
*katanya. Serta mencari tempat untuk segera melaksanakan sholat subuh. Lalu,
kami temukan tempat untuk sholat, dan dari atas sana (meskipun belum di puncak)
kita menemukan sun rise> :O :O *HORREEE subhanallah. Moreover, a rainbow
suddenly rose on the sky. Waaaaa….!! Sughoii. And I remember a lyric of a song,
AFTER A HURRICAN COMES A RAINBOW. That is it!
Foto-foto deh disana. Dengan
background sun rise dan pelangi. Yang harus saya catat disini adalah, bahwa apa
yang dikatakan dalam surat al Insyirah itu benar adanya. Ya, kukira memang
semua orang sudah tau, tapi mungkin perlu mengingatkan lagi. Setelah kesulitan
ada kemudahan, setelah badai ada pelangi. Dua hal yang tak bisa dipisahkan.
Memang begitulah langkahnya. Kita tak akan pernah bisa merasakan benar-benar
betapa indahnya pelangi itu jika kita tak pernah merasakan bagaimana
menderitanya terhempas badai. Ya, seperti hakekat bersyukur lah.
Begitu sampai di puncak, istirahat
sejenak, sambil kembali memasak air dan mie. Berfoto-foto dan puas menikmati
pemandangan dari atas. Lalu turun lagi.
Aku sebenarnya penasaran,siapa yang
pertama kali menemukan ide untuk naik gunung? Sebenarnya kenapa sih suka sekali
mendaki? Setiap orang punya alasannya, mungkin karena bisa menaklukkan alam
liar itu keren. Ya, bisa jadi. Kalau aku sih, naik gunung karena aku suka. Aku
juga gak tau suka kenapa. Mungkin kupikir karena aku memiliki rasa ingin tau
yang tinggi, aku ingin belajar banyak hal, jadi aku ingin mencoba segala hal.
Itu awalnya. Dan ketika aku sudah melakukannya, aku ingin dan ingin lagi. Aku
ingin mengulangi lagi. Meskipun aku tau, setelah itu badanku rasanya
pegel-pegel, dan biru-biru. Tapi, ada kepuasan tersendiri melihat perjuangan
yang begitu nyata. Dan subhanallah, ciptaan Allah memang luar biasa. Seorang
teman yang dari luarnya terlihat sangat-sangat garang *halah (pokokknya intinya
dia orangnya gak lembek gitulah) mengakui bahwa dia bisa dengan mudah nangis
tersedu-sedu menangis ketika dia berhasil berada di puncak gunung. Seketika dia
akan sujud syukur. Begitu katanya.
Aku mengakui bahwa aku bukanlah
seorang pendaki. Aku bukan juga seorang pecinta alam sejati. Aku hanya menyukai
mendaki gunung. Itu saja. Udah, biasa aja. Aku mungkin juga gak berani kalau
disuruh naik gunung sendirian, harus sama yang ahli, atau minimal udah senior.
(Kan kalau yang pertama sama mas Bram = anak Mapala Bahasa Inggris, terus yang
kedua sama Mas Ardiyan = anak IMAHAGI, dan sama Mas AArdiyansyah = udah sering
naik gunung. :D)
Kebun Teh
Jalan turun, lebih sering jatuh
karena harus ngerem. Tapi mending sih, sekarang pakenya sandal gunung yang
cakram, jadi enak jalannya. Dan kali ini turunnya lebih cepet soalnya nrobos
kebun teh. Asyyyiikkk deh pokoknya :D itu turun dari puncak Ungaran ke
promasan.
Pas turun dari promasan ke bawah,
wuiiihh HORORRR.Seketika jadi anak TREK. Ah pokoke gileee benerrr. Horor horror
horror. Kasian motor. Jalan bebatuan terjal yang segitu naik dan harus ditempuh
kurang-lebih 2 jam, dan kali ini turun. Jalan turun lebih
bahaya karena harus ngerem, apalagi jalannya turunnya tajam dan curam, berbatu
lagi. Tangan pegel banget nahan. :O Tapi, Alhamdulillah, motor kuat sampe
tujuan, di bawah, dan Alhamdulillah enggak apa-apa :O.
Menyenangkan, aku ingin lagi. \^^/
Sun Rise |
Pelangi :) |
Kita di puncak sana itu lho, :) |
depil :) |
trek yang luar biasa horor, itu tiga itu mas Arie, ipeh ma depi |
Masak air, bikin mie, bikin kopi oplosan di puncak :D |
Semarang, 21 Mei 2014
*catatan pendakian Ungaran 16-17 Mei 2014
Komentar
Posting Komentar
I will be happy reading your comment and response. Tell me what you think please :D