Jangan Berhenti untuk PEDULI

Malam ini ditampilkan kembali berita mengenai Iqbal si bocah balita yang malang. Masih ingatkah kamu beberapa minggu yang lalu diberitakan di Metro TV tentang penganiayaan yang sangat-sangat keji terhadap bocah balita Iqbal. Kata keji sepertinya masih terlalu halus, bukan hanya keji, tapi rasanya brutal, tidak berperikemanusiaan, gak punya hati, ah apa ya kata yang pantas menggambarkan orang seperti itu.

Iqbal, bocah balita itu terluka sangat parah di sekujur tubuhnya. Disulut rokok, ditusuk paku, digigit, dipukul, dan masih banyak lagi perlakuan kejam Dadang, seorang (aku gak rela dia masih tergolong manusia) yang telah menculik Iqbal dari ibunya. Dan yang lebih lebih lebih kejam lagi, dia dengan sengaja membiarkan anak itu dalam keadaan menderita untuk kepentingan perutnya sendiri. Dia mengeksploitasi Iqbal dengan memperlihatkan Iqbal yang menderita kesakitan (yang kukira teramat sakit) untuk meminta belas kasihan orang lain. Aaarrggg!!! rasanya kalau ketemu orang itu pengen tak lempar setrika yang masih panas ke mukanya.

Entah, sudah berapa lama Iqbal menderita seperti itu. Sampai suatu saat, seorang karyawan bank, melihat Dadang yang sedang menggendong Iqbal. Dia melihat Iqbal sudah terlihat kritis bahkan kejang-kejang. Awalnya Dadang ngarang cerita ketika ditanya, dia bilang anak itu disiksa ibu tirinya. Kemudian, mbak malaikat itu curiga, dia melihat Dadang sedang meminta belas kasihan orang-orang dengan memperlihatkan Iqbal yang sedang meringis kesakitan bahkan kejang-kejang. Kalau dia benar-benar manusia, apakah akan tega melakukan hal demikian keji itu? Sampe akhirnya Alhamdulillah, Iqbal berhasil dibawa – oleh mbaknya – ke puskesmas dan mendapatkan perawatan.

Siapa yang tidak meneteskan air mata ketika begitu banyak hal kejam di dunia ini. Iqbal adalah satu dari ribuan bahkan miliaran anak yang mengalami penderitaan karena kemiskinan. Miskin harta, miskin ilmu, dan lebih parah lagi miskin hati.

Ngemis, ngamen, bahkan ngrampok, apakah ada yang mau jadi pengemis atau pengamen? Jutaan anak di dunia ini melakukannya. Kenapa mereka melakukannya? Karena lapar, lapar dan tidak punya uang, akhirnya karena miskin harta, ditambah lagi miskin ilmu, dicarilah cara singkat, dengan ngemis, ngamen, ngrampok dan segala cara untuk menghilangkan lapar. Ditambah lagi miskin hati, akibatnya kayak Dadang tadi, rasa kemanusiaannya sudah hilang. Menghalalkan segala cara meski harus menginjak orang lain.

Sebenarnya antara mengutuk perbuatan yang begitu keji itu dan terpaksa harus memaklumi. Kenapa? Karena tidak bisa kita memaksa orang melakukan banyak hal  sementara dia kelaparan. Menurut teori Abraham Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan hidup yang akan selalu berusaha untuk dipenuhi sepanjang hidupnya. Dan tingkatan pertama adalah kebutuhan Fisiologis, contohnya sandang, pangan, papan, kebutuhan. Tingkatan yang kedua adalah Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan atau Safety. Tingkatan yang ketiga adalah Kebutuhna sosial, seperti dicintai dan mencintai. Tingkatan yang keempat adalah Kebutuhan penghargaan, seperti dihormati dan menghormati. Sedangkan tingkatan yang kelima adalah aktualisasi diri. Dasar kesejahteraan yang paling dasar seperti makan saja tidak terpenuhi jadi untuk memenuhik kebutuhan tingkat kedua dan ketiga dan seterusnya menjadi sulit. 

Hmm… jadi intinya? LANGSUNG Saja dengan apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki semua ini menjadi lebih baik. #uhuk

PEDULI


(Gampang kan?)

Jangan berhenti untuk peduli. Begitu banyak ketidakpedulian yang menyebabkan hal fatal. Ketidak pedulian kita itu bisa jadi yang akan menghancurkan diri sendiri. Kok bisa? Misalnya gini, kita cuek dan apatis terhadap apapun yang terjadi di sekitar kita. Terserahlah mau ngapain juga urusan masing-masing, misalnya gitu. Contohnya misalnya sederhana saja. Kita ngingetin temen kita untuk sholat karena udah waktunya sholat. Peduli, karena kita mau sama-sama menjadi baik, bukan menjadi baik sendiri. Mbak malaikat tadi, juga PEDULI, bagaimana jika mbak malaikat tadi enggak peduli? Apa jadinya Iqbal sekarang? 

Kalau kata ali bin Abu Thalib,

Kejahatan itu terus berlanjut, bukan karena banyaknya orang jahat. Tapi, karena orang baik DIAM.
Jadi, DO SOMETHING. Sekecil apapun itu. Dan semua itu diawali dengan ke PEDULIan. 

Ya, itu tekadku. (Aku ingin berusaha jadi orang baik. Aku ingin jadi orang baik) Dan sering aku mengatakan bahwa, kita yang beruntung mengenyam pendidikan (bahkan yang sampai perguruan tinggi) memiliki tanggung jawab terhadap orang yang tidak beruntung diluar sana. Keberuntungan dan kesempatan yang kita dapat bukan untuk diri sendiri. 
Okey? J
#akujugalagibelajargimanacaranyabiarbermanfaatbagisekitar #hastagkepanjangan

Semarang, 18 April 2014 (miladnya bapakku, met milad bapak J )
23:27

Komentar

Postingan Populer