Tentang Cita anak Pinggiran menengah ke bawah

== Jangan Malu jadi anak Bidikmisi ==

Teringat beberapa waktu yang lalu saya menjadi salah satu surveyor calon penerima Beasiswa BIDIKMISI dan penerima UKT golongan I dan II. Survey tersebut penting dilakukan agar beasiswa tersebut benar-benar tepat sasaran.  Tentu saja hal itu menyenangkan bagi saya, apalagi saya adalah orang yang sangat suka jalan-jalan dan sangat sangat suka dengan hal yang berbau tantangan. Bagaiaman tidak? Pastilah tempat-tempat yang kami tuju bukanlah tempat gedongan dengan aspal yang mulus dan akses yang mudah. Akan tetapi, pastilah saya akan :blusukan: ke desa-desa dengan akses jalan yang sulit dan hawa khas pedesaan.
Dan semua itu benar. Saya pun juga tiba di lokasi yang demikian. Bahkan, ada salah satu tempat yang terletak di lereng Gunung Sumbing, tidak ada kendaraan yang bisa lewat. Sebenarnya bisa, hanya kendaraan pengangkut kambing bisa naik, itu pun hanya sampai tengah, sisanya jalan kaki. Maklumlah jalannya menanjak dan sangat jauh, namanya juga naik gunung. Ditambah lagi dengan letak rumah yang jarang-jarang. Motor kami tidak kuat untuk naik ke atas, benar-benar sesuatu yang saya sukai. Serta perjuangan lain mencari alamat. Semua itu adalah hal yang menyenangkan. (Tapi, saya tidak akan menceritakan pengalaman menakjubkan saya selama survey)

Dari situ saya belajar, bahwa betapa banyak anak negeri ini yang harus begitu berjuang sangat keras untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Keterbatasan biaya, itulah masalah utamanya. Apalagi untuk benar-benar merasakan menjadi mahasiswa, untuk bermimpi menjadi mahasiswa saja tidak berani.

Banyak yang saya survey memiliki latar belakang kehidupan yang menyedihkan, bahkan harus berjuang untuk bertahan hidup. Sehingga melanjutkan studi sampai ke tahap perguruan tinggi rasanya tidak mungkin. (Namun saya juga tidak akan membahas cerita-cerita dan kisah mereka yang mengharukan, tidak disini dan tidak saat ini, terlalu panjang. Mungkin di lain kesempatan.)

Beberapa waktu yang lalu, sebenarnya sudah lama mendengar dan mengetahui bahwa tidak sedikit orang yang "despising" anak-anak bidikmisi. "Kuliah gratisan juga..." katanya, (dari cerita-cerita di group). Dan di suatu lingkungan dengan status sosial yang kebanyakan menengah ke atas, terjadi kesenjangan sosial. Ah, itu bukanlah masalah yang serius, kalau seandainya itu terjadi pada saya. Dan juga bukan sesuatu yang serius juga bagi teman-teman.
karena menurutku, kita gak akan menjadi rendah karena direndahkan oleh orang lain dengan kata-kata. Kita tetap terhormat, selagi kita menjaga kehormatan kita dengan sikap dan tutur kata yang baik.
Tapi agak tidak begitu suka dengan beberapa anak yang malu mengakui menjadi mahasiswa bidikmisi yang kuliah gratis. Bahkan, teman saya sendiri bilang "saya gak mau ketahuan kalau saya anak bidikmisi".. loh? kenapa? gak papa". Begitu jawabnya.

Ya maksud saya, kita juga gak perlu harus menunjuk-nunjukkan juga bahwa kita penerima bidikmisi, tapi ketika ditanya, kenapa mesti malu mengakui? Coba waktu dulu,, ketika di wawancarai dan survey, bukankah kalian berharap dan berusaha meyakinkan untuk diterima dan memang layak menerima? Kenapa mesti malu? Apa karena kita berasal dari ekonomi menengah ke bawah? Apa karena orang tua kita bukanlah pegawai negeri, pengusaha kaya raya, tapi hanya buruh bangunan, tukang sayur, pedagang kecil, pegawai rendahan atau bahkan tidak bekerja?

Kalau diantara kita yang malu gara-gara takut gara-gara hal semacam itu, kukira kalian memang tidak layak mendapatkannya. Kalau kalian malu, itu berarti kalian malu dengan orang tua kalian, malu dengan kondisi kalian, dan tidak bersyukur dengan apa yang kalian dapat. Tak apalah, biarkanlah orang lain menganggap kita miskin kek, atau apalah. Miskin harta tak apa tapi yang penting jangan miskin iman dan pengetahuan.

Justru kalau menurutku, kalian harus bangga. Kenapa? Kalau orang berpunya, memang sudah seharusnya kuliah dan menuntut ilmu yang tinggi, ITU wajar, karena mereka punya fasilitas dan banyak uang untuk membayar biaya kuliah yang tinggi itu. Dan kalau ada orang kaya kok pinter, itu juga wajar, karena mereka punya banyak fasilitas untuk mengakses pendidikan dengan alat modern, bisa membayar guru privat untuk membantu belajar. Dan orang kaya harusnya bisa sukses, karena dia memiliki semua fasilitas, kemampuan, dan jalan yang mudah untuk menuju kesuksesan.

Tapi, Kalian, anak-anak bidikmisi, notabene kalian dipilih bukan karena kalian tidak mampu secara finansial tapi JUGA PINTER. Pinter..iyaa kalian pinter dan cerdas. Oleh karena itu, negara berani membayar mahal atas kecerdasan kalian perjuangkan dengan segala macam keterbatasan. Dan kalian itu HEBAT. Kenapa? karena, kalian setara dibangku kuliah dengan yang lainnya, kalian setara dengan anak pejabat, anak konglomerat, dsbnya. Bisa jadi kalian lebih cerdas. Dan kalian itu KEREN, kenapa? Kalian mendapatkan kecerdasan dan kepandaian itu dengan usaha yang keras, dan hebat ditengah ekonomi yang sulit, Entah kalian harus belajar sambil bekerja, dan berbagai permasalahn lainnya, tapi kalian menjadi PINTAR tanpa fasilitas yang memadai, tapi dengan perjuangan. ITU KEREN. Itu BARU luar biasa.

Jadi, kawan, janganlah kalian malu karena masalah status sosial yang tidak masuk akal itu. Tak perlu malu mengakui  menjadi anak bidikmisi. Kalau mereka mencibirmu, yang perlu kalian lakukan adalah abaikan dan buktikan kaliann hebat, karena sekali lagi, beasiswa bidikmisi diberikan bukan hanya kepada anak yang kurang mampu, tapi ANAK BERPRESTASI dan kurang mampu. Yang harus kalian malu, adalah kalau kalian ternyata selama ini malas-malasan, tidak bersyukur, tidak berkarya dan tidak membuat suatu perubahan yang baik. Meski kita belum berprestasi dengan menghasilkan suatu karya yang diwujudkan dengan piala dan seritifikat, tapi yang penting lakukan yang terbaik. Inilah tiba saatnya kalian mengangkat derajar orang tua kalian (bukan malah malu dengan keadaan orang tua kalian)...
Tetaplah DO THE BEST ALL THE TIME UNTILL THE LIMIT. buktikan kalian memang keren... seperti yang aku bilang, karena sebenarnya kalian KEREN.... (tak perlu malu, kita keren :D)

Terus bersyukur, diluar sana masih ada JUTAAN manusia yang butuh kita, kita yang diberi kesempatan lebih banyak dan diberi tugas untuk menyelamatkan mereka juga. karena menurut ayupi
kita yang beruntung mengemban amanah kepada orang yang tidak beruntung di luar sana. Karena kita adalah agen, agen untuk menyelamatkan yang lainnya juga. Jadi, berusahalah jadi hebat.
Latar belakang kehidupan kita yang sulit, bukanlah sesuatu yang menjadikan kita lemah, tapi menjadi amunisi untuk menjadi pribadi yang lebih kuat,
seperti kata TERE LIYE ..
Sepotong intan yang tebaik dihasilakn dari dua hal, shuu dan tekanan tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterima, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, jika dia bisa bertahan, maka dia tidak akan hancur, dia justru akan menjadi intan ang berkilau tiada tara. Keras, Kokoh dan mahal harganya.
Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasanya, jika kita bisa bertahan maka kita tidak akan hancur, maka kita akan tumbuh seseorang berkarakter laksana intan dan kokoh. _negeri diujung tanduk_ 
 ^_^ 
saya bukanlah orang hebat, tapi memiliki keinginan dan semangat untuk menjadi orang hebat, dan saya mengajak kalian semua untuk menjadi hebat, Menjadi hebat bareng-bareng. Tetaplah berprestasi, jangan malu,,tunjukkan yang sebenarnya siapa kalian. 

Semarang, ayufi

31 Juli 2013





Komentar

Posting Komentar

I will be happy reading your comment and response. Tell me what you think please :D

Postingan Populer