Mendaki Gunung itu : Aku, Mimpiku

Akhirnya cita-cita buat naik gunung tercapai juga. Horeeee horee...
Meskipun cuma berhasil mendaki di gunung Ungaran. Ya, tak apalah, buat pemula Gunung Ungaran emang recomended banget buat latian. Teringat resolusi setahun silam, " aku ingin naik gunung, naik gunung ungaran aja gak apalah, yang penting naik gunung." Nah, akhirnya impian gue tercapaiii...

Naik gunung, bukan hal yang menakjubkan sebenarnya, tapi tetap saja, bagian dari impian yang tercapai adalah kebahagiaan yang tak terkira. Meskipun impian itu terlihat remeh temeh dan sebenarnya setiap orang juga bisa melakukannya, tapi tetap saja, bagi yang punya impian, hal itu adalah kenangan yang luar biasa yang sangat-sangat berkesan.

Sudah sejak lama AKU pengen banget naik gunung, bahkan sejak masih memakai seragam putih abu-abu. Dan alhamdulillah baru sekarang bisa mewujudkannya. 
Thanks for Idhes sudah ngajakin aku naik gunung.. Love you so much. Memang hanya kau yang paling keren deh :D 

Ini adalah pendakian perdanaku. Sebenarnya mendaki tak perlu terlalu rempong mempersiapkannya. Hanya perlu beberapa benda yang sekiranya dibutuhkan saja. Seperti, kelengkapan untuk menghangatkan diri, seperti jaket, kaos tangan, masker, kaos kaki, selimut atau sleeping bag. Lalu, obat-obatan pribadi, dan air minum. Itu saja. Tapi 
Tepat pada hari Sabtu, tanggal 11 Mei 2013 saya, Desi, mb Ulul, dan mas Bram berangkat dari Semarang, siang itu pukul 15.00 dan kami berangkat menuju Bandungan.

Lalu sekitar pukul 16.00 kami tiba di base camp pendakian yang biasanya dipakai untuk penitipan motor. Tempatnya di Umbul Sidomukti bagian atas, atau sering disebut mawar. medannya untuk naik ke penitipan motor itu cukup sulit untuk dilalui kendaraan bermotor, harus memiliki kemahiran dalam mengendarai sepeda motor dan motor yang cukup tangguh untuk melewatinya. Jalannya menanjak, meski sudah ditata, tapi masih berbatu dan berpasir. Ada medan yang benar-benar suli karena disana posisinya nanjak belok, berbatu dan berpasir, jadi cukup sulit. Bahkan, mbak ulul pun tak kuasa lagi, dan hampir jatuh di tanjakan itu.

Lalu, setelah beristirahat sebentar dan sholat, akhirnya kita melakukan pendakian yang sebenarnya.. :D (padahal sebenarnya belum)..
Kami jalan mendaki gunung, melewati lembah.. dengan suara sungai yang mengalir dengan jalan setapak yang penuh tumbuh-tumbuhan liar, dan gelap. Jalan sedikit becek. Dan kami melewati kebun kopi juga kebun teh. Tanpa terasa sudah gelap. dan harus menggunakan senter. Sekitar maghrib (ternyata) kami baru sampai "perumasan". Kami tidak membawa tenda, jadi harus nginep di tempat warga. nah, di sekelompk pemukiman itu tidak ada listrik, adanya jenset. -_-". Kampungnya gelap, jadi keluar rumah harus bawa senter. Yang ada penerangannya cuma di dalam rumah. Dan pasti, hawanya sangat dingin... hampir di puncak gunungg.. brayy.. Kita sholat dan istirahat disana.. lalu pukul 21.00 saya memutuskan untuk tidur. Karena harus bangun pagi-pagi sekali untuk melakukan perjalanan. ke Puncak.. #horreeee :D
tapi.... T,T di tempat sedingin itu, tembok, lantai, kayu, semuanya terasa dingin,,
parahnya, kita gak kebagian tempat tidur yang di atas dipan (tau kan? ). Jadinya kita tidur di lantai deh. -_-" mending ada sleeping bag. Soalnya, wktu itu, lupa bwa kaos tangan dan masker. Tidur dengan sleeping bag pun masih terasa dingin dan tidak bisa tidur.
Hanya mata yang terpejam, tapi pikiran entah kemana. Tidak bisa tidur nyenyak, Dingin lantainya, dan saya pun tiba-tiba batuk, batuk yang benar-benar menyesakkan di dada. tapi, yasudahlah, aku tetap memejamkan mata, meski cuma beberapa detik bisa terlelap. (Begitu bangun, kok kakiku terasa nendang sesuatu, dan ternyata dibawah ada kepala manusia, dan begitu aku bangun aku tersadar, sudah banyak orang.. tidur di lantai.. waaaa... tadi kan cuma kelompok kita aja yang disitu --" untung aku tidurnya di dalam sleeping bag)

###
Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi...sudah saatnya kita naik ke puncak. Hmm... dinign sekali, apalagi tangan telanjang tak terpungkus kaos, muka terhempas angin, karena tak bermasker. Jaket dan senter.
Aku orang yang ingin tau, ku edarkan senter di seluruh penjuru yang aku temui. Ingin kulihat ada apa di kanan kiriku. Ternyata semua pohon  (yaiyalah -_-"), kemudian aku dimarahin, katanya gak boleh mengarahkan senter sembarangan, apalagi ke segala arah, takutnya nantinya ada "yang merasa terganggu" namanya juga di alam liar, pasti ada penunggunya. Jadi, arahkan senter ke depan saja, secukupnya, yang penting kita jalan enggak jatuh.. #tips.

Kunikmati setiap langkahnya, kurasakan dinginnya, begini tow rasanya naik gunung. Awal, medannya tak begitu masalah. Tapi, pada akhirnya, kita lumayan harus jadi spiderman. "Merangkak", dan pagi itu hujan turun. Wow, seru sekali..kan? Tambah licin :D, apalagi sepatu tidak memadahi semakin mempersulitku untuk terus menanjak.. tapi, semangatku pantang mundur (heleh :D), ini baru ungaran yang tingginya hanya separo gunung Semeru, Mahameru, bukankah dua kali lipat? Masa mau nyerah? Lagian cuma ada dua kemungkinan buruk kalau aku nyerah, pertama, ditinggal di tengah hutan, atau digendong sama mas2 (mungkin saja). Males banget kan? Jadi mending, jalan terus.

Semakin ke atas, jalan semakin berbatu. Semakin menanjak dan merangkak. Lompat sana sini. Isinya batu lagi. Jangan nengok ke bawah, tak ada waktu. Cepat, atau terlambat. Terlambat mendapati sun rise di puncak sana. Apalagi yang ingin kuinginkan selain melihat sun rise dari jarak yang dekat? Dari atas gunung. Tapi, cuaca tidak bersahabat. Sudah jam lima pagi, kabut bergerak menyelimuti. Putih, gelap, dan awan mendung. Sayang sekali, aku kurang beruntung, matahari tertutup kabut, dan hhujan juga turun. Kala itu, aku dan yang lain berhenti di satu titik katanya sun rise terlihat indah dari sana, tempat itu belum puncak. Puncak Ungaran tinggal beberapa puluh meter lagi. Di situ juga, kita melakukan ibadah sholat subuh.

Sedikit lagi puncak, tak kusangka, ketika hari sudah semakin siang, medan terlihat jelas bagaimana terjalnya bebatuan. Beda dengan beberapa jam sebelumnya yang masih gelap, jadi asal naik saja. Medannya bebatuan, aku membayangkan, jika aku jatuh dan terpeleset sedikit saja, entah apa yang pecah dari tubuhku,  mungkin saja hancur. hoho, (karena sepatuku sangat tidak compatible untuk naik gunung, licin). Tapi, untung saja semua baik-baik saja. Singkat cerita, setelah rasa capek, dan mandi keringat, tenaga juga hampir habis, pada akhirnya sampailah kita di puncak ungaran. Aku ingin teriak... kala itu, rasanya dari bawah tadi lumayan tinggi juga, dan sekarang aku sudah berada di puncaknya. WOW, senang sekali. :D

Pemandangan dari atas gunung, yaahh..lumayan menakjubkanlah.. :D Entahlah, gak terlalu spesial berada di puncak, lebih suka saat perjalannya :)

Beberapa jam berada di puncak, kemudian aku turun. Hari sudah siang. Aku kembali menyusuri jalan yang semalam. Tak ku sangka aku bisa sampai atas dengan medan yang kelihatan mengerikkan dari atas sini, pake rok lagi. :D WOW..sekali

perjalanan turun, aku lebih banyak terjatuh dan terbentur kayu. Rokku juga entah sudah kayak apa, gak jelas bentuknya. Kaki, jempol udah perih banget, gara-gara sering ke pleset dan nahan badan nih pas turun. (Bener kagak nyangka tadi malam aku melewati medan kayak gitu :D). Ini baru Ungaran lho, belum Semeru, wah wah kagak kebayang. (Kapan yaa, kesana? )
In short, pada akhirnya kita sampai koslah. Awal tidak begitu berasa, tapi malamnya badan pegel semua.. tidak bisa tidur. Malam berikutnya juga tidak bisa tidur karena badan pegel2 sakit semua, terus selama dua hari aku tempelin koyok cabe ke titik-titik capek.

****
Mimpi dan cita-cita itu kayak naik gunung. Ya gak sih? Ibaratnya mimpi itu sudah ada, di depan mata, SUDAH Pasti akan tercapai. Kayak naik gunung, puncak itu nyata. Sudah di depan mata, tinggal bagaimana kita berusaha mencapai puncaknya, meraih puncaknya. Meskipun dengan kelelahan yang luar biasa, dan rasa capek yang tak tertahankan lagi untuk berhenti dan menyerah, tapi mimpi yang sangat nyata itu sangat sayang bukan? Boleh sih berhenti di tengah jalan, cuma untuk istirahat sejenak,dan mengumpulkan energi kembali untuk ke atas.Gak boleh berhenti, tetep harus menuju puncak. Ya, pasti puncak itu akan kita dapatkan. Setelah berada di atas puncak, kelelahan itu terbayar dengan keindahan alam yang sangat luar biasa. Mengagumi ciptaan Tuhan yang begitu sempurna. Ah tak terbayangkan usaha kita yang tertatih, merangkak dan hampir terbaring karena ingin sekali menyerah. Harus melewati batuan terjal, menerjang hujan dan menerabas kabut :D, ya begitulah suatu proses. 

Bukan apa mimpi itu saja, tapi bagaimana kita mendapatkannya, proses itulah yang akan menjadikan sebuah harta yang sangat berharga,Berusalah sampai mencapainya, sampai capek dan lelah, sampai tidak bisa berusaha lagi, karena kau mungkin tak akan bisa melihat mimpi itu takdirmu atau tidak kalau kau tidak maksimal dan menyerah di tengah jalan. Siapa tau, mimpi itu memang takdirnya. Karena sekali lagi, 

takdir terkuak ujung usaha _ayufi_

Maksudnya ujung usaha adalah, satu titik dimana kita tidak bisa berusaha lagi, bener-bener tidak bisa. Ibaratnya nih kata simpai ku pas karate dulu, kalau ibaratnya lari maraton itu, larilah terus sampai kamu pingsan, nah, selama belum pingsan maka berlarilah jangan berhenti. Pingsan itulah yang dinamakan ujung usaha. 

yaaa gitu deh, ah pasti pada sebel deh ya kalau sama yupi pasti sok-sokan jadi motivator.. hahaaha.. padahal mimpiku buat ke Luar Negeri belum tercapai. Ya, ini lagi dalam proses kok, sedang dalam berusaha, dalam tanjakan, meski terpelesat dan tertatih ke sana kemari. SEMANGAT :D

***
Satu lagi kucoret salah satu mimpiku untuk naik gunung. Aku ingin menaklukkan gunung-gunung yang lain, apalagi aku ingin menaklukan gunung tertinggi di Jawa, Semeru. Ya, katanya disana indaaahh sekali. Ah, pengen sekali... 

semoga bisa tercapai.. 
aku kan strong.. pasti bisa




*catatan pendakian Gunung Ungaran 6-7 Juni 2013
Ditulis oleh ayufi 

Komentar

Posting Komentar

I will be happy reading your comment and response. Tell me what you think please :D

Postingan Populer