Kisah Tentang Kesabaran dan Pengorbanan
Judul : Titip Rindu ke Tanah Suci
Penulis : Aguk Irawan MN
Penerbit : Republika Penerbit
Cetakan : Pertama, Desember 2017
Tebal : vi + 366 halaman
Peresensi : Ayu Fitriyani
Memiliki
mimpi untuk pergi ke tanah suci merupakan hak setiap muslim, entah itu kaya
atau miskin. Begitu juga dengan Mak Siti, sudah lama Mak Siti ingin pergi
berhaji namun keinginan itu tak pernah dia ungkapkan kepada siapapun, karena
Mak Siti tak ingin ditertawakan. Maka diam-diam Mak Siti menabung sedikit demi
sedikit demi mencapai cita-citanya. Namun, dibalik keinginan yang besar Allah
akan selalu memberikan cobaan kepada setiap hambaNya.
Kesehariannya
hanya berjualan nasi Megono di dekat stasiun. Ia dibantu Intan, putri semata
wayangnya setelah suaminya meninggal karena kecelakaan bus. Intan pun harus
melupakan mimpinya untuk kuliah. Tidak ada yang spesial dari kehidupan mereka
berdua. Intan yang terkenal berparas cantik dan baik bertemu kemudian menikah
dengan Zulkarnaen, seorang laki-laki yang baik pada awalnya. Namun pada
akhirnya Zulkarnaen berselingkuh dengan wanita lain meskipun ia sudah memiliki
satu anak dengan Intan..Rumah tangga Intan pun gagal.
Cobaan
tidak berhenti diberikan kepada Mak Siti dan keluarganya. Setelah sepuluh tahun
diam-diam menyisihkan uang hasil jualan ke dalam ember, Mak Siti memberanikan
diri untuk menghitungnya dengan uang itu akhirnya Mak Siti mendaftarkan diri ke
travel dan biro perjalanan haji. Namun, Mak Siti harus rela kehilangan uangnya
karena telah ditipu oleh travel haji. Impian Mak Siti untuk naik haji pun
semakin jauh. Seakan nasib baik tak pernah berpihak kepada Mak Siti. Padahal ia
adalah sosok sederhana yang tak pernah menyakiti siapapun. Namun Mak Siti hanya
bisa bersabar. Ia tahu Allah tak pernah tidur, maka Dia akan memberikan balasan
terbaik kepada hambaNya yang selalu menyerahkan diri kepadaNya.
Kehidupan
Mak Siti dan Intan selalu jadi topik menarik yang selalu jadi pergunjingan
ibu-ibu di sekitar rumah mereka. Meskipun Mak Siti dan anaknya tak pernah
sekalipun berbuat jahat kepada siapapun, namun seolah taka da habisnya, ibu-ibu
itu selalu menggunjing bahkan memfitnah mereka. Terutama ketika mereka tahu Mak
Siti ingin pergi berhaji, mereka sangat senang mengejeknya.
Selain
itu ada sosok Rizal yang sudah lama mengagumi Intan. Rizal awalnya adalah
seorang pemuda yang suka mabuk dan pengangguran, namun mengetahui Intan menikah
dengan laki-laki lain membuatnya sakit dan patah hati berat. Namun, ternyata
hal merupakan titik balik kehidupannya. Dia kemudian sadar dan memperbaiki
kehidupannya bahkan dia akhirnya menjadi ustadz. Dengan kehidupan barunya dia
mulai bisa melupakan Intan, bahkan ia juga bercita-cita ingin menunaikan ibadah
haji dengan hasil kerja kerasnya selama ini. Meskipun pada akhirnya ada
pengorbanan besar yang harus dia lakukan untuk menebus kesalahan dimasa
lalunya.
Aguk
Irawan membalut kisah perjuangan Mak Siti untuk menunaikan ibadah haji dengan
menghadirkan permasalahan kehidupan sosial sehari-hari. Ia juga menyisipkan
kisah-kisah nyata yang terjadi di negeri ini. Kisah tentang tukang amplifier
yang tragis serta kisah penipuan travel haji yang sempat jadi pembicaraan
publik beberapa waktu yang lalu.
Bahasa
yang digunakan sederhana sehingga pembaca bisa larut dalam cerita yang bisa membuat
penasaran. Meskipun, ada beberapa kata salah ketik yang seringnya ada kelebihan
huruf dalam kata-kata tersebut, namun hal itu bukan menjadi masalah fatal. Di
dalam novel ini disisipkan beberapa potongan dari arti ayat-ayat alquran
sehingga selain cerita yang menarik, pembaca juga turut menambah pengetahuan.
Meskipun novel ini memberikan pengajaran tentang islam namun tak ada kesan
menggurui, jadi cocok dibaca oleh non muslim sekalipun.
Bogor,
11 Oktober 2018
Komentar
Posting Komentar
I will be happy reading your comment and response. Tell me what you think please :D