Kisah Pak Bijak (Harta Titipan)

Aku akan menceritakan sebuah kisah. Kisah yang mungkin sudah sering kalian dengar atau pernah kalian baca. Tapi, aku ingin menceritkakan kembali dalam catatan ini.
Suatu hari, sebut saja namanya Pak Bijak sedang dalam perjalanan pulang seusai bekerja di kantor. Hari itu, dengan raut muka yang cerah, Pak Bijak mengendarai sepeda motor butunya. Ketika dalam perjalanan, dia sudah membayangkan rencana besar untuk membahagiakan istrinya. Dia berencana ingin membelikan sebuah mobil baru, karena hari itu Pak Bijak mendapat Tunjangan Akhir Tahun dari kantornya sebesar 200 juta.

Dia sudah membayangkan, dengan uang segitu dia akan membelikan sebuah mobil yang sudah lama dia dan istrinya rencanakan.

Ketika perjalanan pulang, tiba-tiba dia menerima sms dari saudaranya dikampung. Begini nih bunyi smsnya :

Assalamualaikum mas. Mas ada simpanan uang gak? Ternyata almarhum bapak sebelum meninggal punya hutang yang belum terbayar sebesar 80 juta. Kalau mas ada simpanan minta tolong bantuannya mas.
Seketika setelah dia membaca sms itu, dia berpikir sejenak. lalu segera membalas sms itu, dan menyanggupi untuk membantu melunasi hutang sebesar 80 juta milik almarhum ayahnya. Pak Bijak berpikir, "Ah, tak apalah kalau diberikan 80 juta, uangnya masih adaa 120 juta. Mungkin bisa dibelikan mobil yang harga seratus jutaan. Barangkali ini lebih baik. " Begitu pikir Pak  Bijak.

Belum sampai dirumah, lalu dia mendapat telepon dari teman karibnya. Sahabatnya itu menelepon bahwa dia sedang membutuhkan banyak biaya sebesar 40 juta untuk biaya operasi istrinya yang harus segera dilaksanakan.

Lalu, pak Bijak berpikir sejenak. Dia memiliki uang 120 juta, tapi nanti kalau dia pinjamkan ke temannya, uangnya hanya tinggal 80 juta, dan kemungkinan rencana dia dan istrinya untuk membeli mobil akan gagal.  Namun, karena dia berpikir bahwa, sahabat karibnya sedang lebih membutuhkan uang itu, maka segera dia menjawab bersedia untuk meminjami uang sebesar 40 juta.

Sepulangnya kerumah, dengan wajah ragu dia bercerita ke istrinya. Hati-hati sekali dia menyampaikan tentang uang TAT nya yang masih 80 juta saja.

Pak Bijak  : Mi, maaf ya.

Istri   ; Maaf kenapa bi?

Pak Bijak : (dengan ragu-ragu) Maaf, sepertinya tahun ini kita tak bisa membeli mobil dulu. Uang tunjangannya tidak cukup, cuma 80 juta saja.

Istri : Lho? kok bisa sedikit sekali bi? (tanya sang istri lembut)

Pak Bijak : Tadi perjalanan pulang saudara dikampung minta 80 juta buat membayar hutang almarhum bapak. Lalu, Sahabat karib abi butuh uang 40 juta buat biaya operasi istrinya. Uang kita hanya 80 juta saja sekarang mi. 

Istri : (terdiam, lalu tersenyum ramah ) Oh, tak kirain apa. Abi salah bi. Harta kita bukan 80 juta, tapi 120 juta. Karena harta kita yang sebenarnya kan yang kita sedekahkan dan yang bermanfaat bagi orang lain. Sedangkan yang 80 juta itu belum tentu milik kita. Bisa jadi, itu milik orang lain yang dititipkan ke kita. Masih belum jelas itu milik kita atau bukan. 

Pak Bijak merasa lega dengan kebijakan istrinya. 

----- Sekian 

Begitulah cerita seorang istri yang bijak dan solihah dan suaminya. Apa hikmah yang kita ambil dari cerita diatas. Jadi intinya, kita tak perlu bangga apalagi menyombongkan apa yang kita miliki sekarang. Gak usah sombong sebesar apapun gaji kita, karena kalau sebanyak apapun harta kita, kalau tidak digunakan dijalan yang benar, maka itu sesungguhnya bukan harta kita. 

karena banyak harta kita adalah sebanyak yang kita berikan atau sedekahkan. Bukan yang kita pegang dan kita miliki sekarang, karena itu masih titipan yang belum tentu milik kita yang sesungguhnya. 


@ayufialfarisi
Jakarta, 7 Januari 2016
Di sore yang sedikit panas

Komentar

Postingan Populer