Aku dan dia yang dulu


Aku dan Dia


Aku dan dia hanya dua insan manusia biasa. Aku dan dia hadir tanpa sengaja. Aku dan dia bertemu tanpa rencana. Awal aku dan dia bertemu, tak ada rasa yang terasa, tak ada kata yang terkata, semuanya berjalan normal. Aku dan dia berada di suatu ruang tapi berada di dunia yang berbeda. Aku dan dia berjalan, berlari, tertawa, menangis, dengan dunia dan keadaaan yang berbeda. Karena duniaku dunianya sangatlah berbeda. Setiap hari aku dan dia bertemu . Tapi tak pernah sepatah kata pun keluar dari mulutku mulutnya. Kita benar-benar hidup dunia masing-masing.
Suatu ketika aku tiba-tiba menangis karena aku tak akan bertemu dia. Hmm...mungkin bukan karena dia semata. Tapi dia salah satunya. Aku dan dia kini tak hanya berbeda dunia. Ruang dan waktu kini terasa berbeda. Dunia yang lebih dari berbeda dari perbedaan yang biasa. Ada jarak sekian waktu yang memisahkan aku dan dia. Aku dan dia tak pernah tau apa kata takdir. Kata takdir aku dan dia bertemu. Keadaan yang dulu harus diperbaiki katanya. Aku dan dia berada dalam kebingungan. Kenapa aku dan kenapa dia? Kenapa harus aku dana kenapa harus dia? Bukankah aku dan dia begitu berbeda? Takdir hanya tersenyum. Sepertinya takdir sudah mengaturnya, di suatu masa aku dan dia bertemu. Dengan cara yang tak terduga dan tak disangka.
Humm...seperti mimpi atau khayalankah ini? Bagaimana kami yang begitu berbeda dalam segala hal,bertemu dan tak pernah kusangka. Pertemuan itu merupakan suatu awal dari sebuah cerita aku dan dia. Waktu demi waktu, tak sadar kami setiap hari berbicara, ngobrol, tertawa bersama. Aku menjadi mengerti dunianya, dan dia mengerti duniaku. Kita memang berbeda. Dahulu aku sepertinya tak mengenalnya, meskipun setiap hari waktuku kuhabiskan dengannya. Perbedaannya dengan sekarang adalah. Waktuku waktunya, duniaku dunianya, sama, namun namun ruangku dan ruangnya berbeda. Jarak sekian kilometer memisahkan dua dunia yang satu. Meskipun begitu, itu lebih baik.
Detik demi detik aku dan dia lalui bersama. Bersama dalam satu kata. Yaitu Cinta. Satu kata itu merupakan sesuatau yang menakutkan bagiku dan baginya. Satu kata itu seperti racun yang perlahan-lahan menyusutkan volume tubuhku dan tubuhnya. Membekukan setiap rasio dan akal pikiran. Satu kata itu menakutkan. Hingga aku dan dia tak berani mengucapkannya. Tak terucap, tapi terasa. Hingga batin dan jiwa aku dan dia, hampir dibuat gila karenya. Cinta. Kata yang begitu rumit, sulit dirumuskan begitu pula pemecahannya. Meski kadang rasa suka dan bahagia merasuki hati dan pikiran.Tetap saja menakutkan.
Cinta yang membuat aku dan dia terasa aneh rasanya. Jarak yang begitu dekat terasa sangat jauh. Tak tahan jika tak melihat meskipun hanya satu hari saja. Sungguh menakutkan. Membuat aku dan dia tak pernah menyangka jika aku dan dia akan terlibat dalam satu kata yang begitu rumit. Terjerembab dan terjerumus semakin dalam. Tali yang transparan, kini mulai terlihat memunculkan wujudnya secara nyata. Semakin aku dan dia lari dari kenyataan, tali itu semakin kuat mengikat dan membesar membelenggu aku dan dia. Akhirnya batinku dan dia menyerah untuk berontak. Aku dan dia menyerah untuk terus mengelak. Bahwa cinta itu ada diantara aku dan dia.
Pengakuan sebuah cinta, tak dapat aku dan dia ucapkan dengan kata-kata.Karena aku dan dia terlalu takut untuk mengucapkannya. Kata itu terlalu mengerikan. Membuat lidahku dan lidahnya kaku ketika aku dan dia ingin mengucapkannya. Hanya sekadar menyakinkan aku dan dia, bahwa memang ada cinta. Tapi tak pernah aku  dan dia katakan. Hanya sebuah isyarat saja. Semua berjalan dengan jalan yang tak biasa. Tapi aku dan dia mengerti bahwa ada satu cinta yang mengikat kita.
Lama kita berkutat sesuatu hal yang sama. Indah awalnya, namun apa yang aku dan dia lakukan atas nama cinta, sekarang tak lagi berguna. Cinta dan benci tipis sekali jaraknya. Tali yang membelengguku dan dia, semakin lama semakin kuat mengikatnya dan mengikatku. Hingga tak sadar telah menyakitinya dan menyakitiku. Tawa berubah menjadi tangis. Air mata mengalir hampir tiap waktu ketika aku dan dia bersama. Aku dan dia bingung dan linglung.Mencari sebuah keteduhan dan ketenangan seperti dulu. Saat aku dan dia merasakan sebuah rasa yang aku dan dia namai cinta. Cinta memang menakutkan, aku dan dia menyimpulkan. Sekarang cinta berubah jadi benci. Malaikat-malaikat cinta yang mengelilingiku dan dia, pergi membawa segala keindahan dan kebahagiaan. Aku dan dia, tak bisa bersama. Ini semakin sulit, tali yang menyakitkan ini, sangat sulit melepaskanku dan dia. Rindu akan dunia yang berbeda. Dimana aku dan dia tak bisa lagi saling menyapa. Sakit yang aku dan dia rasa menyebabkan segala logika yang sempat hilang kini mulai satu per satu kembali. Tapi hanya sedikit saja logika. Sedikit saja. Dan itu masih belum cukup untuk memotong tali yang menyakitkan ini. Aku dan dia bertahan dalam satu dunia. Tapi tak pernah lagi saling bicara. Suasana ini sungguh aneh. Aku dan dia masih terbelenggu tali. Tak bisa terlepas. Aku ingin kembali ke duniaku. Begitu juga dengannya. Aku dan dia tetap tak bisa bergerak. Tali ini sulit terlepas. Aku dan dia bertahan di satu dunia, satu waktu, satu ruang dan satu rasa sakit.

Semarang
Sabtu, 16 Juli 2011,09:57:23



Komentar

Postingan Populer