Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Nona, sibuk apa sekarang?

Kamu mungkin mengira aku sosok yang berbeda. Tapi, aku masih sama. Tapi, aku tidak menyangkal adanya perubahan. Yah, time flies and people change. We grow older. We past our time with different people and circumtances. Ya, sudah pasti ada yang berubah untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitar, menyesuaikan dengan usia yang setiap detik semakin tua. Setelah menempuh hidup baru dan menjalani masa masa menjadi seorang istri pemikiranku tanpa bisa aku cegah berubah sedikit demi sedikit.  Kupikir, dulu membayangkan setelah menikah aku akan sangat senang jika aku bisa melakukan perjalanan ke berbagai tempat bersamanya. Tapi, sekarang setelah benar benar merasakan hidup bersamanya, aku tak begitu menginginkan itu. Cukup bersamanya meskipun cuma jalan ke taman atau menghabiskan waktu di rumah membaca buku, itu sudah sangat menyenangkan. Kamu mungkin mengira aku gombal, seperti yang aku pikirkan dulu. Masa sih bisa gitu? Sekarang, aku merasakannya sendiri. Aku lebih melupakan keing...

Hiu dan Nelayan 2

Saya pernah menceritkan tentang kisah seorang nelayan yang memasukkan ikan hiu kecil dalam bak tangkapan ikannya. Tujuannya bukan untuk memberi kesenangan berlimpah pada ikan hiu dengan memberinya ikan. Melainkan, agar ikan tangkapan itu tetap hidup dan segar ketika sampai di daratan. Kenapa justru ikan tangkapan itu bisa tetap hidup meskipun nelayan sengaja meletakkan bahaya dimakan ikan hiu dalam baknya? Karena, di dalam bak itu ikan ikan akan terus berjuang berlari dari kejaran hiu. Justru bahaya itu yang menyebabkan ikan ikan tetap hidup. Nelayan itu sengaja meletakkan hiu di dalam bak tangkapannya karena ia melihat sebelumnya, ikan hasil tangkapannya selalu dalam kondisi tidak segar bahkan mati ketika sampai di daratan. Ikan hiu tersebut ibarat masalah. Dan ikan ikan tangkapan itu adalah kita. Kita tidak akan bisa hidup dengan baik kalau sepanjang hidup kita tidak ada masalah yang membuat kita berjuang, berusaha dan berpikir. Sebesar apapun masalahmu, jangan pernah menyerah...

Seri : Menunggu

Empat ratus lima puluh kilometer lebih, Seratus hari, Jarak dan waktu bisa mengubah segalanya. Semua bisa terjadi. Begitu juga, hati bisa goyah karena jarak dan waktu.  Beruntung kita sudah terbiasa dengan jarak dan waktu. Maka, menjelang hari-hari menunggu hari besar itu pun terasa biasa saja. Memilih untuk tetap merahasiakan semuanya sebelum acara akbar itu terjadi adalah pilihan yang tepat. Seperti yang aku bilang, segalanya bisa terjadi. Hati bisa goyah. Keputusan bisa berubah. Jika sudah terkabar kepada manusia maka akan makin sulit hati ini menangani reaksi mereka. Maka merahasiakan kepada makhluk bumi adalah tepat.  Hanya kepada Allah saja, aku mungkin juga kamu berdoa untuk mewujudkan rencana itu. Jakarta, 2 September 2016