untitled (6) ---- T,T--- aku tau aku sedih ---

kaki kecil melangkah di atas pasir, dengan rambutnya yang kumal, dan pakaiannya yang hanya menutupi bagian bawahnya saja, anak berusia tujuh taun itu terduduk, di balik hidungnya keluar lendir, yang sebagian terlihat mengering di pipinya, matanya tak terbaca, terus menatap pasir, lalu mengais-ngaisnya.

heran, sepetang ini, kenapa anak itu sendirian berada di pantai? padahal sebentar lagi adzan maghrib. apa yang dipikirkannya? ah, anak kecil bukankah suka bermain sampai lupa waktu? tapi, sebentar lagi gelap, dan ombak menggulung semakin tinggi. anak itu tak berpelindung, aku takut dia akan terseret ombak jika terus disitu.

"dek? pulang yuk. tak anterin."
anak itu menggeleng. menatapku sejenak lalu mengais pasir kembali. oh salah, ternyata dia membentuk sebuah pola disana. pola, berbentuk hati, iya, bentuk hati atau mungkins sebagian orang menamakannya lambang cinta. aku menatapnya heran. mukanya benar-benar kusut dan kotor, rambutnya kumal dan gimbal, mungkin karena jarang menyisirnya. 

"dek, tapi udah malem. orang tuamu mana?"
anak itu menggeleng. lantas, dia menangis. benar-benar menangis. lalu dia berdiri, dan seketika melempariku dengan pasir. aku tanpa persiapan, mataku pedih. dan anak itu lari. dengan tangis yang menyayat hati. tangisnya terdengar hingga 10 meter dari posisinya.. 

-----
anak itu dengan telatennya merawat ibunya yang terbaring lemah di ranjang. apa dokter bilang tentang penyakitnya? ah, mana ada uang untuk ke dokter? aku juga tak tau. tangan mungil itu mengangkat panci besar kemudian memasak untuk minum obat. pipi sang ibu basah sepanjang waktu karena air mata. rasa sakit yang sangat nyeri di bagian kepalanya sepertinya tidak ada apa-apanya, jika dibandingkan dengan pesakitannya melihat putri semata wayangnya mengurusnya. terlalu dini, sungguh terlalu dini. 

jangan menagis sayang, mungkin ini hanya cobaan Tuhan.

jangan menangis..

---anak sekecil itu---


semarang 
2 Mei 2013
9:30 pm

Komentar

Postingan Populer