Suatu ketika di sebuah jalan di Surabaya


Sabtu, 04 Juni 2011,pukul 22:10:18 WIB at Surabaya
                Di atas kasur bertingkat paling atas. Jika kau lihat apa yang aku lihat tadi. Ya Allah sungguh aku tak dapat menahan air mataku. Directly, air mata itu meluncur deras begitu saja dari mata Taukah apa yang aku temui beberapa jam yang lalu. Sebuah fakta yang sangat sangat membuatku sadar bahwa aku masih jauh beruntung dibanding banyak orang yang lainnya, banyak orang lain di luar sana.
                Aku keluar dari SMADA Surabaya. Hmm...aku dan yang lain terlalu late keluar dari lokasi lomba.Kira-kira pukul delapan malam. Serombongan anak muda, rame sekali. Mungkin ada konser, mungkin karena hari ini malam minggu, ah nggak pentinglah alasan kenapa malam ini rame banget. Dan kami kebingungan mencari angkutan untuk kembali ke penginapan. Hufft...ya, akhirnya kita memutuskan untuk berjalan. Barang kali ada angkot yang lewat.
                Suasana di jalan sangat ramai, itu adalah di pusat kota Surabaya. Tau sendiri kan bagaimana the condition of central city in the Saturday night, very crowded of vehicles on the street.
Dan taukah apa yang aku temukan. Sesuatu yang membuat aku tak kuat menahan air mataku. Deras sekali sampai aku pun jika mengingatnya membuatku merasa... Ya Allah,,,kenapa dan kenapa? Hiks hiks...Tak sengaja aku  menemukan seorang anak kecil, kira-kira berumur empat tahun. Kurus,kecil, pakaian kumal dan aku rasa tanpa alas kaki membawa seikat koran. Ya Allah, hatiku teriris-iris melihatnya . Anak sekecil itu, kurus, dan aku melihat mukane itu lugu banget. Aku tak bisa membiarkan adik itu berkeliaran di jalan raya segede itu, serame itu, oh Ya Allah...hiks hiks...bahkan saat menulis ini pun  air mataku mengalir deras tanpa henti. Aku tanya ke adik kecil itu, yang sangat mengingatkanku pada Dimas, adikku, persis banget struktur tubuhnya dan bodynya .
AKU                       : kamu ngapain Dik disini?
Adiknya                                : jualan koran mbak (dengan gaya yang sangat lugu dan dengan mata yang berkaca-kaca, siapa yang tidak akan luluh dengan wajah selugu dan selucu itu)
Aku                        : Ya Allah Dik, pulang sana kan udah malam. Bapak ma ibu dimana?(Suaraku bergetas ingin nangis, ya Allahh aku gak tega anak sekecil itu keliaran di jalan raya yang bahaya ini)
Adiknya                                : jualan rongsokan mbak (lagi dan lagi dengan mata berkaca-kaca  dan terlihat hampir nangis, huhuhu Ya Allah aku tak kuat menahan air mataku lagI)
Adiknya                                : Mbak dibeli  dong mbak korannya. (ya Allah mata berkaca-kacanya yang penuh harapan belas kasihan sungguh membuatku tak kuat lagi untuk tidak menangis.)
 Hiks hiks hiks...kenapa anak sekecil ini yang tak punya dosa, yang seharusnya sudah tidur lelap di malam ini malah masih berkeliaran di jalan raya, jualan koran. Ya Allah...seandainya aku dapat melakukan sesuatu yang dapat membuat anak-anak seperti adik itu sesuai dengan apa yang seharusnya mereka dapatkan ya Allah.
Aku                        : Berapa Dik? 
Adiknya                                : seribu rupiah mbak. (Appah ??Cuma seribu, ya Allah Cuma seribu...Nafasku sesak dan kasurku basah oleh air mata. )
Aku                        : Ini, tapi habis ini pulang ya Dik. (Adik itu mengangguk, dan wajahnya yang innocent dan lugu banget, dengan mata berkaca-kacanya tak dapat aku lupakan)
Sungguh aku ingin memberi anak itu uang lebih dari seribu. Tapi, temen-temen sudah memanggilku, aku harus cepat-cepat pergi, maka aangku ambil uang seribu (pas waktu itu ada uang seribu rupiah terselip di kantongku, dan status uang lecek.)
Begitulah, pertemuan dengan adik itu, sekali membuatku sadar, di luar sana masih banyak orang yang masih membutuhkan bantuan. Kita, khususnya aku adalah orang yang sangat-sangat beruntung ya Allah. Aku masih bisa kuliah, masih bisa makan tiap hari, masih bisa jajan, masih bisa main, masih bisa membeli pakaian baru dan segala sesuatau masih bisa aku lakukan. Tetapi terkadang aku masih merasa kurang atas limpahan nikmat yang begitu besar yang aku dapatkan. Ya  Allah, adik itu , yang balita, tak seharusnya menikmati masa kecilnya dengan bermain dengan teman-temannya di waktu siang. Main layangan, main petak umpet atau apapun lah, dan di malam hari mereka akan belajar di temani oleh orang tuanya, dan kemudian tidur pukul delapan malam. Tapi yang terjadi pada anak itu tidaklah begitu...
Huhuhu...malam-malam di jalan yang seramai itu, anak sekecil itu jalan-jalan sendirian di kota sebesar itu. Bahaya sekali kan Dik.. Ya Allah Dik, jikalau akau punya banyak uang dan punya kemampuan untuk membuatmu malam ini dapat pergi dari tempat itu, dan berhenti jualan koran aku akan langsung melakukannya.
Aku sebagai orang yang diberi kesempatan oleh segala kenikmatan ini, mempunyai tugas untuk belajar lebih semangat, SERIUS dan aku harus menjadi orang sukses dan kaya. Aku ingin menolong mereka-mereka yang kurang beruntung....
Ya Allah terima kasih atas segala nikmat yang telah Kau berikan kepadaku..
Atas orang tua yang menyayangiku...
Atas adik yang akan menjadi partnerku...
Atas kesempatan yang kau berikan untuk lebih belajar lebih banyak lagi...
Atas pemberian teman-teman yang telah membuatku tersenyum..
Atas begitu banyak udara yang masih kau ijinkan untuk aku hirup..
Atas makanan-makanan lezat yang kau kirimkan lewat tangan ibuku...
Atas segala sesuatu di sekitarku dan di duania ini,,
Adalah nikmat yang kau berikan....
Dan aku tak akan mampu menuliskan begitu banyak kenikmatan yang Kau berikan,,,
Bahkan seluruh dunia dan alam semesta terlalu kecil untuk menampung segala kenikamatan yang Kau berikan padaku.
Lalu nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan???

Komentar

Postingan Populer